K.H SAMANHUDI berwat usaha berdakwah lewat usaha batik
Biografi
Pejuang tidak harus polisi atau tentara saja, tapi pejuang yang
satu ini adalah seorang usahawan batik
sekaligus seorang da'i yang tak lain adalah K.H Samanhudi
(1868-1956).
Nama kecil beliau adalah Sudarno Nadi dan berganti nama menjadi
Wirjowikoro.
Beliau dilahirkan di Lwayen,Solo, Jawa Tengah pada tahun 1868
Ayahnya adalah seorang usahawan batik bernama H.Muhammad Zen yang
bakatnya menular kepada anaknya yaitu Wirjowikoro (K.H Samanhudi ).
Perjuangan
Tekun dan Serius memperdalam ilmu Agama
Ketika kecil ia termasuk anak yang kurang beruntung dalam budang
pendidikan formal, terbukti dari SD-nya yang tidak pernah tamat. Namun begitu,
sambil berdagang batik ia menukuni mempelajari Islam di kota Surabaya.
kenapa Samanhudi memilih usaha batik ? Dulu, sebelum dikenal
sebagai daerah batik, Laweya sebagai tempat asal Samanhudi banyak ditumbuhi
pohon kapas dan merupakan sentra industri benang yang kemudian berkembang
menjadi sentra indusri kain tenun dan bahan pakaian
Kain-kain hasil tenun dan bahan pakaian inik sering disebut dengan
Lawe, sehingga daerah ini kemudian disebut dengan nama laweyan. Industri dan
perdagangan di Laweyan semakin berkembang semenjak digunakannya kali kabangan
sebagai jalur transportasi dari dan menuju kerajaan panjang.
Batik Laweyan sendiri awalnya diperkenalkan oleh Kyai
ageng henis (raja mataram islam) yang memang menyukai kesenian. Selain
menyebarkan agama, Kyai Ageng Henis juga mengajarkan masyarakat bagaimana
cara membuat batik. Jadilah Laweyan yang dulunya hanya memproduksi kain tenun
berubah
menjadi produsen batik. Karena letaknya yang strategis, Laweyan
pun menjadi salah satu kotaperdagangan yang maju, kemungkinan bahwa inilah
penyebab orangtua Samanhudi dan dia sendiri kemudian
menggeluti usaha batik, karena didesannya telah menjadi tren dan
basis produksi batik.
Ketika kerajaan mataram pindah ke desa
sala yang kemudian berubah nama menjadi keraton surakarta, laweyan tetap merasa
sebagai daerah merdeka yang tidak ingin tunduk kepada keraton. Ini dikarenakan
para saudagar merasa sudah kaya dan mampu hidup tanpa perlu bergabung dengan
daerah kekuasaan keraton. Bisa jadi perlawanan ini juga dikarenakan keraton saat
itu begitu dekat dengan pihak belanda, padahal para saudagar batik yang ada di
kawasan ini semuannya adalah saudagar muslim bumiputera. Sikap ini nampak dari
bentuk-bentuk motif batik yang tidak mengikuti pakem-pakem motif seperti
motif-motif batik keraton.
Akibatnya, perlawanan ini pula mungkin usaha pribumi mendapatkan
perlakuan tidak adil dari pemerintah Belanda yang sedang menguasai Indonesia
dan dekat dengan keraton surakarta yang dimusihi oleh pedagang Laweyan.
Pemerintah Belanda lebih berpihak pada pedagang-pedagang China. Atas kondisi
inilah, Samanhudi mendirikan sarekat dagangislam (SDI) di solo pada tahun 1911.
Dari namanya, kita langsung punya kesan bahwa samanhudi adalah seorang pedagang
yang sangat religus. Dengan embel-embel Islam di belakangnya, seolah –olah ia ingin
menyentil sisi emosional bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Biografi
Pejuang tidak harus polisi atau tentara saja, tapi pejuang yang
satu ini adalah seorang usahawan batik
sekaligus seorang da'i yang tak lain adalah K.H Samanhudi
(1868-1956).
Nama kecil beliau adalah Sudarno Nadi dan berganti nama menjadi
Wirjowikoro.
Beliau dilahirkan di Lwayen,Solo, Jawa Tengah pada tahun 1868
Ayahnya adalah seorang usahawan batik bernama H.Muhammad Zen yang
bakatnya menular kepada anaknya yaitu Wirjowikoro (K.H Samanhudi ).
Perjuangan
Tekun dan Serius memperdalam ilmu Agama
Ketika kecil ia termasuk anak yang kurang beruntung dalam budang
pendidikan formal, terbukti dari SD-nya yang tidak pernah tamat. Namun begitu,
sambil berdagang batik ia menukuni mempelajari Islam di kota Surabaya.
kenapa Samanhudi memilih usaha batik ? Dulu, sebelum dikenal
sebagai daerah batik, Laweya sebagai tempat asal Samanhudi banyak ditumbuhi
pohon kapas dan merupakan sentra industri benang yang kemudian berkembang
menjadi sentra indusri kain tenun dan bahan pakaian
Kain-kain hasil tenun dan bahan pakaian inik sering disebut dengan
Lawe, sehingga daerah ini kemudian disebut dengan nama laweyan. Industri dan
perdagangan di Laweyan semakin berkembang semenjak digunakannya kali kabangan
sebagai jalur transportasi dari dan menuju kerajaan panjang.
Batik Laweyan sendiri awalnya diperkenalkan oleh Kyai
ageng henis (raja mataram islam) yang memang menyukai kesenian. Selain
menyebarkan agama, Kyai Ageng Henis juga mengajarkan masyarakat bagaimana
cara membuat batik. Jadilah Laweyan yang dulunya hanya memproduksi kain tenun
berubah
menjadi produsen batik. Karena letaknya yang strategis, Laweyan
pun menjadi salah satu kotaperdagangan yang maju, kemungkinan bahwa inilah
penyebab orangtua Samanhudi dan dia sendiri kemudian
menggeluti usaha batik, karena didesannya telah menjadi tren dan
basis produksi batik.
Ketika kerajaan mataram pindah ke desa
sala yang kemudian berubah nama menjadi keraton surakarta, laweyan tetap merasa
sebagai daerah merdeka yang tidak ingin tunduk kepada keraton. Ini dikarenakan
para saudagar merasa sudah kaya dan mampu hidup tanpa perlu bergabung dengan
daerah kekuasaan keraton. Bisa jadi perlawanan ini juga dikarenakan keraton saat
itu begitu dekat dengan pihak belanda, padahal para saudagar batik yang ada di
kawasan ini semuannya adalah saudagar muslim bumiputera. Sikap ini nampak dari
bentuk-bentuk motif batik yang tidak mengikuti pakem-pakem motif seperti
motif-motif batik keraton.
Akibatnya, perlawanan ini pula mungkin usaha pribumi mendapatkan
perlakuan tidak adil dari pemerintah Belanda yang sedang menguasai Indonesia
dan dekat dengan keraton surakarta yang dimusihi oleh pedagang Laweyan.
Pemerintah Belanda lebih berpihak pada pedagang-pedagang China. Atas kondisi
inilah, Samanhudi mendirikan sarekat dagangislam (SDI) di solo pada tahun 1911.
Dari namanya, kita langsung punya kesan bahwa samanhudi adalah seorang pedagang
yang sangat religus. Dengan embel-embel Islam di belakangnya, seolah –olah ia ingin
menyentil sisi emosional bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.